Tapi kali ini, suasana sangat dingin
ditambah rintik-rintik air hujan yang membuat manusia benar-benar malas
untuk keluar rumah. Si anak telah siap memakai pakaian tebal dan jas
hujan untuk mencegah dingin, lalu ia katakan,
“Saya sudah siap, Abi!”
“Siap untuk apa nak?”
“Abi, bukankah ini waktunya kita menyebar brosur ‘jalan menuju jannah’?”
“Udara di luar sangat dingin, apalagi gerimis.”
“Tapi Abi, tetap saja ada orang yang berjalan menuju neraka meski suasana sangat dingin.”
“Saya tidak tahan dengan suasana dingin di luar.”
“Abi, jika diijinkan, saya inginmenyebarkan brosur ini.”
Sang ayah diam sejenak lalu berkata
“Baiklah, tapi bawa beberapa brosur saja, jangan banyak-banyak.”
“Baiklah, tapi bawa beberapa brosur saja, jangan banyak-banyak.”
Anak itupun keluar di jalanan kota untuk membagi brosur kepada orang yang dijumpainya, juga dari pintu ke pintu.
Setelah dua jam berjalan, dan brosur hanya tersisa sedikit saja. Jalanan sepi dan ia tak menjumpai lagi org di jalanan. Lalu ia mendatangi sebuah rumah untuk membagikan brosur itu. Ia pencet tombol bel rumah….tapi tak ada yang menjawab. Ia pencet lagi..dan tak ada yang keluar.
Hampir saja ia pergi, namun seakan ada suatu rasa yang menghalanginya. Untuk kesekian kali ia kembali memencet
bel, dan ie ketuk pintu dengan keras. Tak lama kemudian, pintu terbuka
pelan. Ada wanita tua keluar dengan raut wajah yang menyiratkan
kesedihan yang dalam berkata,
“Apa yang bisa saya bantu wahai anakku?”
Dengan wajah ceria, senyum yang bersahabat si anak berkata,
“Sayyidati (panggilan penghormatan utk
seorg wanita), mohon maaf jika saya mengganggu Anda, saya hanya ingin
mengatakan, bahwa Allah mencintai Anda dan akan menjaga Anda, dan saya
membawa brosur dakwah utk Anda yg mengabarkan kepada Anda bagaimana
mengenal Allah, apa yang seharusnya dilakukan manusia dan bagaimana cara
memperoleh ridha-Nya.”
Anak itu menyerahkan brosurnya, dan sebelum ia pergi wanita itu sempat berkata, “Terimakasih, Nak..hayyaakallah
SEPEKAN KEMUDIAN…
Usai shalat Jumat, seperti biasa Imam masjid berdiri dan menyampaikan sedikit tausiyah, lalu berkata,
“Adakah di antara hadirin yg ingin bertanya, atau ingin mengutarakan sesuatu?”
Di barisan belakang, terdengar seorang wanita tua berkata,
“Tak ada di antara hadirin ini yang mengenaliku, dan baru kali ini saya datang ke tempat ini.
Sebelum Jumat yang lalu saya merasa blm mnjadi seorg muslimah, dan tidak berfikir untuk menjadi seperti ini.
Sekitar sebulan suamiku meninggal, padahal ia satu-satunya orang yang kumiliki di dunia ini.
Hari Jumat yangg lalu, saat udara sangat
dingin dan diiringi gerimis, saya kalap, karena tak tersisa lagi harapan
untuk hidup. Maka saya mengambil tali dan kursi, lalu saya membawanya
ke kamar atas di rumahku.
Saya ikat satu ujung tali di kayu
atap…saya berdiri di kursi…, lalu saya kalungkan ujung tali yg satunya
ke leher, saya ingin bunuh diri karena kesedihanku…
Tapi, tiba-tiba terdengar olehku suara
bel rumah di lantai bawah. Saya menunggu sesaat dan tdk menjawab,
“paling sebentar lagi pergi”batinku.
Tapi ternyata bel berdering lagi,
ditambah ketukan pintu yg makin kuat. Saya ragu, “Siap kira-kira yang
datang ini, setahuku tak ada satupun orang yang mungkin memiliki
keperluan atau perhatian terhadapku.” Lalu saya lepas tali yang
melingkar di leher, dan saya turun untuk melihat siapa yang mengetuk
pintu.
Saat kubuka pintu, kulihat seorang bocah
yang ceria wajahnya, dengan senyuman laksana malaikat dan aku belum
pernah mlihat anak seperti itu.
Dia mengucapkan kata-kata yang sangat menyentuh sanubariku,
“saya hanya ingin mengatakan, bahwa Allah
mencintai Anda dan akan menjaga Anda.” Kemudian anak itu menyodorkan
brosur kepadaku yang berjudul, “Jalan menuju jannah.”
Akupun segera menutup pintu, aku mulai
membaca isi brosur. Setelah mmbacanya, aku naik ke lantai atas,
melepaskan ikatan tali di atap dan menyingkirkan dan saya telah mantap
untuk tidak memerlukan itu lagi selamanya.
Anda tahu…sekarang ini saya benar-benar
merasa sangat bahagia, karena bisa mengenal Allah yang Esa, tiada ilah
yang haq selain Dia.
Dan karena alamat markaz dakwah tertera
di brosur itu, maka saya datang ke sini sendirian untuk mengucapkan
pujian kepada Allah, kemudian berterimakasih kepada kalian, khususnya
‘malaikat’ kecil yang telah mendatangiku pada saat yang sangat-sangat
tepat yang dengannya mudahmudahan menjadi jalan selamat saya dari
kesengsaraan menuju jannah yang abadi.
Mengalirlah air mati para jamaah yang hadir di masjid, gemuruh takbir..Allahu Akbar..menggema di ruangan.
Sementara sang Imam turun dari mimbarnya,
menuju shaf paling depan, tempat dimana puteranya yang tak lain adalah
‘malaikat’ kecil itu.
Sang ayah mendekap dan mencium anaknya diiringi tangisan haru…Allahu Akbar!
#Kita bisa mengambil faedah dari segala
sisi, baik di posisi wanita tua yang sedang gundah, sebagai ayah dan
sebagai anak yang giat berdakwah.
Sumber : http://aslibumiayu.wordpress.com/2013/03/08/subhanallah-anak-kecil-yang-menjadi-sebab-ibu-yang-putus-asa-mengurungkan-untuk-bunuh-diri/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar